BaruRp 55.500 Beberapa pekan menjelang Ujian Nasional, seorang siswa SMA bolos sekolah untuk kali pertama demi menolong temannya yang bernama Kamu. Kamu bilang ini persoalan gawat dan ia benar-benar butuh bantuan untuk mencari sebuah sendok. Begitulah mulanya, dan perlahan, satu demi satu, jalinan peristiwa yang mengubah hidup keduanya terurai. Ditulis dalam tradisi panjang novel-novelAbstractPenelitian yang berjudul “Pandangan Pencerita dan Maknanya dalam Novel Kamu Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya Karya Sabda Armandio Kajian Naratologi” ini bertujuan untuk mengungkapkan pandangan pencerita mengenai masalah-masalah yang dihadapi teman-temannya. Di antaranya adalah, kenakalan di sekolah, hamil di luar pernikahan, bunuh diri karena depresi, Ujian Nasional yang membuat pikiran tertekan, kisah asmara remaja. Serta mengusung pandangan pencerita mengenai masalah alam seperti kebakaran hutan dan punahnya Orang Utan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teori naratologi pandangan pencerita yang dikembangkan oleh Gerard Genette. Dilihat dari sudut pandang tokoh Aku yang memiliki posisi sebagai pencerita mengungkapkan beberapa permasalahan remaja dan ekosistem yang terjadi secara umum di masyarakat. Hasil pemaknaan pandangan pencerita terhadap permasalahan yang diusung, pencerita menyikapi setiap persoalan yang dihadapi teman-temannya. Terdapat beberapa makna dari pandangan pencerita yaitu tentang kehamilan bagi perempuan dipandang wajar meskipun belum menikah. Tindakan bunuh diri yang bukan merupakan penyelesaian dari segala masalah di dunia. Manusia harus sadar akan pentingnya menjaga kelestarian ekosistem serta perlunya menjaga populasi Orang Utan, sehingga keseimbangan alam tetap terjaga. Secara keseluruhan cerita ini menunjukkan beberapa kenakalan remaja dan permasalahan ekosistem yang terjadi pada masa lalu, namun di masa sekarang kedua masalah tersebut masih tetap sering terjadi. Oleh karena itu, pencerita ingin mengubah pikiran manusia agar lebih terbuka terhadap kedua masalah yang tetap terjadi hingga sekarangThesisNonPeerReviewedP Language and LiteratureSimilar works Salahsatunya, tidak Penguasa lautan selatan satu ini memiliki kekuasaan yang sangat luas dan dipercaya memiliki antek-antek yang tidak terhitung banyaknya The spirit of an ancient evil queen posesses the body of a young anthropological student, who then goes on a murderous rampage Namanya mulai dikenal publik sejak bermain film Pembalasan Ratu
Judul Kamu Novel Penulis Sabda Armandio Penerbit Moka Media Cetakan Pertama, 2015 Tebal viii + 348 hlm 11 x 17 cm ISBN 978-795-961-9 ~ Ulasan diterbitkan di halaman Buku, koran Padang Ekspres, Minggu, 26 April 2015. Pada edisi koran, ada kesilapan dari penulis yang mencantumkan judul film Jim Carrey Sip Men!, seharusnya judul film tersebut adalah Yes Man! Mohon dimaafkan atas kesalahan tersebut. Judul Kamu Novel Penulis Sabda Armandio Penerbit Moka Media Cetakan Pertama, 2015 Tebal viii + 348 hlm 11 x 17 cmISBN 978-795-961-9 Sabda Armandio Alif barangkali adalah salah seorang prosais muda dengan kemunculan karya cemerlang. Sebuah novel bertajuk Kamu Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya yang ditulis Sabda memperlihatkan bagaimana ia menggarap jalinan cerita dari peristiwa-peristiwa biasa bahkan terkadang teramat konyol, nyeleneh, asing, tapi mampu membuat pembaca bertahan dalam rekaannya. Sabda seakan memberikan kesempatan hanya tiga hari untuk tokoh “aku” mengingat mundur ke masa lalu dan menarasikan tokoh-tokoh lain semisal “kamu”, “pacarku”, “mantan pacarku”, “perempuan teman sekelasku”, “permen”, dll. Sabda juga memberikan kesempatan tiga hari bagi pembaca untuk memasuki peristiwa asing yang terjadi pada tokoh “aku” dan persentuhannya dengan tokoh-tokoh lain. Tiga hari sebagai pembuktian bahwa tidak butuh waktu panjang untuk menghidupkan tokoh dan peristwa dalam sebuah novel. Tiga hari yang terkayakan. Sudut pandang orang pertama tunggal digunakan Sabda sebagai penutur dalam novel barangkali benar menggambarkan prosa modern novel dalam kerangka kerja naratologi. Sebagaimana pandangan Ian Watt Faruk, 2007185, “aku” yang merupakan kata ganti yang menunjuk diri sebagai individu, merepresentasikan diri manusia dalam keadaan paling konkret, partikular, unik, yang berbeda misalnya dari kami yang merepresentasikan manusia dalam keadaan kolektif, abstrak, dan terbagi. “Aku” dalam novel Sabda menggambarkan laku manusia sehari-hari ordinary man. Bukan manusia yang lebih tinggi dalam gambaran tragedi, bukan pula manusia rendah dalam gambaran komedi. “Aku” adalah manusia biasa, manusia yang bukan apa-apa, tetapi dapat menjadi apa saja, manusia yang belum jadi sekaligus menjadi. Manusia yang terlibat dalam proses, terlibat dalam keadaan dan peristiwa, bukan manusia yang berada di luar proses, manusia yang ada di luar atau dikeluarkan dari peristiwa dan keadaan itu. Dalam posisi keadaan biasa tersebut, tokoh “kamu” oleh Sabda turut diposisikan dalam bagian terpenting daalam novel ini.. Dari tokoh “kamu”-lah semua pengalaman aneh dan konyol yang dialami narator. “Kamu” seakan menjadi pusaran dari rekaan Sabda sehingga tajuk novel tersebut memberi kesempatan bagi tokoh tersebut untuk muncul dan diunggulkan oleh “aku”. Beberapa Peristiwa Aneh Sabda memainkan peristiwa masa lalu tokoh “aku”. Meski cuma tiga hari dinarasikan, tetapi seakan menyayat lapis-lapis terpenting dari kenangan tokoh tersebut. Dimulai dari narasi tokoh “aku” yang bekerja di sebuah perusahaan swasta dan ia hanya mempunyai tujuh jari tangan lima di kanan, dua di kiri hanya telunjuk dan ibu jari. “Aku” yang berusia 27 tahun, baru saja pindah indekos, dan perpindahan tersebut membuatnya mengenang sesuatu mengenai masa lalu dengan cara yang unik “Mengenang sesuatu sepertinya menarik, lagi pula mudah. Ada banyak cerita asik untuk memulai tentanglah kardus berisi barang-barang lawasmu, ambil satu benda yang terletak di lantai, benda apa saja, dan biarkan ia bercerita. Atau begini jilat bersih sendok bekas makan, pandangi agak lama, dan sebuah cerita bisa kembali begitu saja—seperti pria ramah yang mengetuk jendela kamarmu dan berkata, “Ya, ini saatnya membuka jendela” Dari sanalah, “aku” mulai mengenang 10 tahun ke belakang, sewaktu masih kelas III SMA. “Aku” menarasikan hari pertama dalam novel tersebut ketika melalui sambungal telpon ia diajak bolos sekolah oleh “kamu” untuk mencari sendok tukang bakso yang dihilangkannya. Tokoh “aku” pun mendapat telpon kedua dari “perempuan teman sekelas” yang mengajaknya bolos untuk menceritakan keluhan hidupnya. Namun ia mengingat janji dengan “kamu” dan memilih menemani “kamu” mencari sendok. Dari pencarian sendok inilah peristiwa unik dan aneh dimulai. “Kamu” yang kerap berkata salut! dengan berbagai gaya pengucapan di setiap situasi menganggap sendok tukang bakso yang dihilangkannya harus dicari. Dikarenakan tidak dapat diganti dengan sendok lain. Sebab sendok yang dia punya di rumah adalah “sendok untuk mengingat” dan dibuat sepasang Tistan dan Isolde.” Perdebatan pencarian sendok antara “aku” dan “kamu” berakhir ketika “kamu” mengundur waktu pencarian dan mengajak “aku” mengantar tas titipan ayahnya ke rumah Kek Su di Gunung Mas, Bogor. Lima menit terpanjang dalam hidup tokoh “aku” barangkali dirasakannya ketika itu. “Aku” seakan masuk ke dalam dunia mimpi ketika tertidur atau barangkali tidak di atas mobil “kamu”. Dari perihal itulah “aku” mengalami peristiwa aneh, Badai Monyet Parit menyerang kota Bogor, orang-orang panik karena monyet-monyet mengambil telepon seluler, kota lumpuh. “Aku” dan “kamu” mengambil jalan pintas menuju rumah Kek Su. Mereka meyusuri sebuah gorong-gorong di belakang air mancur kota Bogor dan sampai ke “sisi B kota Bogor”. Tempat asing dengan tiga matahari menggantung, ladang bunga, harum, tanah, awan yang bergerak tanpa harus diseret angin. Tempat yang menurut “aku” tidak pernah ada di Bogor. Di tempat itu pula mereka bertemu dengan beberapa orang utan yang salah satunya memakai kaos bertuliskan “Save Human”. Pertemuan dan percakapan dengan orang utan tersebut mengantarkan “aku” dan “kamu ke peristiwa yang lebih aneh lagi ketika sampai di rumah Kek Su. Kek Su yang gemar mengganti sebuah istilah dengan kata yang berima dan hanya mempunyai mata kanan dengan mata kiri rata dengan wajah mempunyai kepiawaian yang absurd. Ia melukis matanya sendiri dan menjadi mata asli. Kek Su menawarkan untuk melukis tiga jari “aku”, tapi ia menolak. Dan menang ternyata peristiwa itu adalah peristiwa paling membingungkan tokoh “aku” Badai Monyet Parit, sisi B kota Bogor, dan kepiawaian Kek Su. Hari ke dua dan ke tiga dinarasikan tokoh “aku” melalui beberapa peristiwa yang juga tergolong aneh dan dibungkus dengan kisah tragik. Misalkan ketika tokoh “aku” diajak oleh “mantan pacar” ke sebuah rumah sakit untuk memeriksakan kehamilannya—konon ia dihamili orang lain. Namun ketika mereka mampir ke sebuah kafe untuk makan, “aku” bertemu dengan seorang tukang sulap yang bisa membaca dirinya dan membaca diri mantan pacarnya. Tukang sulap dengan topi model top-hat yang bisa mengeluarkan kelinci, mengeluarkan selembar kartu namanta tapi beralamatkan rumah “aku”, dan hilang tertarik ke dalam topi sendiri. Resistensi Tokoh Beberapa peristiwa aneh dihadirkan Sabda dari pengalaman “aku”, “kamu”, dan tokoh lain setidaknya menggambarkan resistensi terhadap realitas hidup kekinian. Tokoh “aku” seakan hadir dan lengkap dari pengalaman tokoh lain, ia barulah menjadi “aku” setelah ia bersentuhan dengan pengalaman tokoh lain. Tiga hari aneh tersebut diisi sepenuhnya dengan bolos sekolah. Perdebatan “aku” dan beberapa tokoh lain seakan mengambarkan sebuah kritikan terhadap sekolah sebagai ruang penyeragaman. Kritik tersebut terlihat juga dari kehadiran tokoh bernama “Permen” yang disukai oleh “kamu”, yang konon, memilih home-schooling. Selain itu tokoh “mantan pacar” juga dibenturkan perdebatan tentang anggapan terhadap perempuan hamil di luar nikah, kehendak untuk sekolah, namun norma sosial. Tokoh “Perempuan teman sekelas” hadir dengan dilema. Ternyata belakangan hari ia baru mengetahui bahwa mencintai ayah kandungnya. Ia masih mempertanyakan hasrat yang oleh orang-orang dibahasakan sebagai electra complex tersebut. “Perempuan teman sekelas” menganggap cinta itu pemberian tuhan. Ia merasakan, meragukan, dan mengaminkan cintanya. Bahkan dalam novel dinarasikan peristiwa “perempuan teman sekelas” bertanya pada seorang ustad melalui sambungan telpon di acara reality show sebuah stasiun televisi. Pertanyaan tokoh tersebut menyentak orang-orang. Perasaan dan naluriah dasar manusia dibenturkan dengan norma dan hukum agama. Dama novel tersebut Sabda seakan menggali ceruk terdalam masa lalu tokoh melalui perihal sangat sederhana dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang barangkali dalam realitas dianggap enteng dan tidak penting dipertanyakan. Kegemaran Sabda akan film, video game, dan beragam genre musik juga terlihat dari cara ia menghadirkan peristiwa dan memunculkan suasana. Dari jazz, rock and roll, blues, hingga musik pop lawas Indonesia. Minnie Smith and Her Jazz Hounds, Bob Dylan, The Beatels, Rolling Stones, The Doors, Norah Jones, Nick Drake, Stevie Wonder, hingga Elfa Singer dihadirkan untuk membangun suasana sekaligus dibangun oleh suasana. Wajah sumringah Audrey Hepburn memerankan tokoh Holly Golightly dalam film Breakfast at Tiffany’s atau Jim Carrey dalam film Yes Man! turut dibangun dan terbangun dari sebuah peristiwa. Juga beberapa teori yang mempengaruhi peradaban dunia semisal The Smoky God George Emerson dijadikan pandangan dan landasan tokoh dalam berinteraksi. Sebuah novel hadir dengan peristiwa yang boleh dipercaya atau tidak. Seperti penawaran Sabda dari novelnya pada pembaca cerita-cerita yang tidak perlu dipercaya.*** Versi PDF ULASAN NOVEL SABDA ARMANDIO
Bela-belain foto buku ini saat ke pantai, demi mengenang adegan terakhir di novel. Tiga tokohnya tiba-tiba pergi ke pantai, mengingat semua yang sudah terjadi. Suka banget sama novel ini. Ceritanya seru nan ajaib; sepanjang buku bertaburan kalimat-kalimat cerdas; dan pemikiran-pemikiran dua tokoh utama si aku narator dan Kamu sangat cespleng. Dari mulai pemikiran soal sekolah dan sistem pendidikan, negara, agama, cinta, kenangan, sampai masalah kesepian. Tiap baca buku, saya selalu menandai potongan cerita, atau kalimat yang gue suka. Nah, di novel ini, gue menghabiskan nggak kurang dari 30 lembar post-it! Ini beberapanya “Aku cuma senang tertawa. Kau tahu kenapa? Mungkin aku hanya sedang berusaha mengecoh kesepian.” “Aku ingin jadi pengarang agar bisa memetakan pikiran dan perasaanku sendiri.” dan ini juga “Suatu hari aku mau jadi petani. Mencangkul sambil menyanyikan lagu-lagu AC/DC, kayaknya gagah sekali. Aku baca di koran, katanya pembangunan mal di Jakarta masuk rangking sepuluh besar di dunia, dan orang-orang bangga. Aku justru heran, sebenarnya itu kemajuan atau kemunduran, sih?” Bahkan–ini norak–ada satu bagian yang saat saya baca, saya sampai melempar bukunya ke tembok, sambil cengegesan, saking greget kagum sama cerita dan olahan-olahan kalimatnya Kalau dipikir-pikir, 70 persen novel ini berisi tumpahan pemikiran si aku yang memang hobi banget melamun si aku adalah pelamun yang lebih suka mie instan ketimbang senja. Di satu titik saya ngerasa buku ini lebih terasa sebagai panduan melamun dan merapihkan pikiran, alih-alih sebagai novel. Sampai sekarang pun, tokoh si aku dan Kamu semacam hidup di dalam kepala. Tiap kali sedang melamun, saya membayangkan saya bercerita ke mereka gitu. Waa Mau tau ceritanya? kira-kira gini Di suatu malam, si aku mengenang sahabatnya yg bernama Kamu. Saat SMA, jelang ujian nasional, mereka hatrick bolos tiga hari berturut-turut. Hari pertama, cerita ajaib dialami di alam mimpi Hari 2, si aku menemani mantan pacarnya yang hamil entah oleh siapa, ke dokter. Hari ketiga, mereka bertemu Permen. Selesai baca saya bertanya, berapa banyak buku lagi yang mesti gue baca ya biar bisa nulis cerita seasik ini
. 166 57 405 363 299 189 113 146